DIREKSI SPESIAL "MISTERI DIBALIK HARI PERAYAAN NATAL
Press Release Direksi, 15 Desember 2015
Judul :
Menguak Sejarah Natal dan Tahun Baru
Pemateri :
Aa’ Ardhy Surya Nugraha
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
A. Sejarah Natal
Sebelum
menyingkap sejarah natal, Allah berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 36 yang
berbunyi:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Umat
Kristiani berasumsi bahwa perayaan Natal merupakan sebuah momentum untuk
memperingati kelahiran Nabi Isa, atau dalam sebutan mereka ialah Yesus. Namun,
banyak kejanggalan yang terlihat apabila kita sebagai Muslim jeli untuk
mengetahui akan rentetan sejarah yang berada di belakang perayaan Natal itu
sendiri. Sehingga nantinya kita tidak termasuk kaum yang hanya mengikuti suatu
perbuatan tanpa ada ilmu di dalamnya.
Setelah
325 tahun wafatnya Nabi Isa ‘alayhi
assalam, tepat pada abad ke-4 seorang pendeta Katolik bernama Paus Liberius
datang ke Romawi. Tujuannya bukan lain ialah untuk menyebarkan agama Kristen Katolik
kepada kaum disana. Tatkala itu, Romawi sebelum abad ke-4 M telah menganut
kepercayaan Paganis Poletheisme.
Mereka mensakralkan Sunday (Hari
Minggu) yang bertepatan pada tanggal 25 Desember sebagai hari untuk merayakan
kelahiran Dewa Matahari yang mereka sembah. Hal setupa juga terjadi di berbagai
kawasan, seperti Babylonia dan Mesir. Kedua daerah tersebut juga mengabadikan
tanggal 25 sebagai hari kelahiran dewa.
Maka
supaya agama Katholik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi
diadakanlah sinkretisme (perpaduan
agama-budaya / penyembahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan
kelahiran Son of God (Anak Tuhan =
Yesus). Lalu, kesepakatan tersebut dibawa ke dalam sebuah pertemuan besar
hingga lahirlah UU NICEA yang berisikan:
1. Mengangkat Yesus sebagai Tuhan.
2. Menetapkan 25 Desember sebagai hari
kelahiran Yesus.
3. Mengganti hari Sabtu menjadi Sunday
sebagai hari ibadah
4. Lambang dewa matahari yaitu sinar
yang bersilang dijadikan lambang Kristen.
5. Membuat patung-patung Yesus untuk
menggantikan patung Dewa Matahari.
Saat
perayaan Natal, pohon cemara yang berhiaskan berbagai pernak-pernik menjadi
ikon yang sudah mengabadi. Padahal, sebelumnya itu merupakan tradisi kaum Mesir
yang menyembah berhala. Maka setelah adanya sinkretisme tadi, tradisi
penyembahan berhala (pagan) digabungkan dengan pohon natal yang ada di Eropa.
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa apa-apa yang terjadi mulai dari pembentukan hingga
penetapan Natal merupakan semata-mata dogma yang harus diterima oleh kaum
Katolik. Bahkan secara hukum seharusnya pengangkatan Yesus sebagai Tuhan
tidaklah sah. Bagaimana mungkin manusia dapat mengesahkan seorang manusia juga
yang sebelumnya dianggap Nabi menjadi Tuhan? Dan apakah diterima mengangkat
seseorang yang sudah meninggal 325 tahun lamanya sebagai Tuhan? Bahkan,
sejatinya tak seorang pun mengetahui hari kelahiran Yesus. Selain itu, dogma
agama bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi
(konsep trinitas) juga merupakan suatu kebohongan yang diakui oleh Paus
Liberius.
B. Sejarah Tahun Baru
Sebelum
penetapan tanggal 1 Januari sebagai perayaan tahun baru, pada tahun 7 SM bulan
Maret-lah yang dijadikan sebagai bulan awal atas dasar perhitungan yang dilihat
dari peredaran matahari. Setelah itu, pada tahun 45 SM, seorang kaisar Romawi
bernama Julius Caesar menetapkan Januari sebagai bulan awal dan mengesahkan
kalender tahunan bernama Kalender Julian.
Dalam bahasa Romawi Januari disebut Januarius.
Penamaan bulan terus berganti sesuai dengan nama kaisar yang memimpin pada
masanya. Lalu, setelah bergulirnya waktu, Paus Gergorius XIII menetapkan 1
Januari pada tahun 1582 sebagai tahun baru Masehi.
Perayaan
tahun baru pada masa kekaisaran Romawi semata-mata untuk menyembah Dewa Janus
yang dipercaya sebagai dewa pintu permulaan dan akhir. Dan, atas dasar alasan
itulah mengapa Julius Caesar menjadikan Januari sebagai tahun baru. Adapun
beberapa atribut yang sering dikenakan manusia bahkan umat muslim sekalipun
dalam perayaan tahun baru yaitu salah satunya adalah topi yang berbentuk
kerucut yang bernama Sanbenito. Menurut sejarah, topi tersebut bermula saat
Andalusia dijajah oleh Gereja Khatolik Roma. Maka dengan penyiksaan dan
penindasan, umat Muslim diperintahkan untuk meninggalkan keislaman mereka dan
harus memeluk agama Katholik. Sebagai simbol pemurtadan, mereka yang
menyerahkan diri untuk menjadi Khatolik dipakaikan topi Sanbenito.
Jadi,
masihkah ada keinginan untuk sekadar merayakan Natal dan Tahun Baru meskipun
tanpa mengimani? Tidakkah kita merasa bangga menjadi Muslim dan Islam sebagai
agama yang benar?
قَالَ
يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي
مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا
أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِي
إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
Syu'aib berkata:
"Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari
Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku
menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan
mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan)
perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku
melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan
hanya kepada-Nya-lah aku kembali. (QS. Hud:88)
Wallahu a’lam
bisshowaab…
Artworker: LDK Al-Iqtishod
LDK Al-Iqtishod adalah Lembaga yang menaungi seluruh kegiatan dakwah islamiyah untuk menegakkan Tauhid dan Sunnah, serta mengajak kepada Amar Maruf Nahi Munkar di lingkup civitas Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia khususnya dan di Bumi Allah umumnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Share is caring, Silahkan berbagi apa saja di sini.