Siapa Diburu, Siapa Memburu
“Barangsiapa
memperbagus hal-hal tersembunyinya, niscaya Allah jelitakan apa yang tampak
dari dirinya. Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, niscaya Allah
baikkan hubungannya dengan sesama. Barangsiapa disibukkan oleh urusan agamanya,
maka Allah yang kan mencukupinya dalam perkara dunia.”
[Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz]
----------------------------------------
“Sesungguhnya rizqi memburu
hamba,” demikian sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana
dicatat oleh Imam Ath-Thabrani dan Ibn Hibban, “lebih banyak dari kejaran ajal
terhadapnya.”
Ini kisah sebutir garam. Titah Ar-Rahman
kepadanya adalah untuk mengasinkan lidah dan mengisi darah seorang hamba hina
bernama Salim, yang tinggal di Yogyakarta. Betapa jauh baginya, sebab ia masih
terjebak di dalam ombak, di Laut Jawa yang bergolak.
Setelah terombang-ambing bersama
penantian yang panjang, angin musim bergerak ke Timur, menggesernya pelan-pelan
menuju pesisir Madura. Dan petani-petani garam di Bangkalan, membelokkan arus
air ke tambak-tambak mereka. Betapa bersyukur sebutir garam itu saat ia
mengalir bersama air memasuki lahan penguapan. Penunaian tugasnya kian dekat.
Tiap kali terik mentari
menyinari, giat para petambak itu menggaru kesana-kemari, agar bebutir garam
yang jutaan jumlahnya kian kering dan mengkristal. Sebutir garam yang kita
tokohkan dalam cerita ini, harap-harap cemas semoga ia beruntung dimasukkan ke
dalam karung goni. Sebab sungguh, ada bebutir yang memang tugasnya berakhir di
sini. Tertepikan bersama becekan lumpur di sudut-sudut ladang garam.
Dan dia terpilih, terbawa oleh
para pengangkut ke pabrik pemurnian di Pamekasan. Sebakda melalui serangkaian
pembasuhan dan pengisian zat-zat yang konon mendukung kesehatan, dia dikemas
rapi, digudangkan untuk menunggu pengepakkan dan pengiriman. Betapa masih
panjang jalannya, betapa masih lama berjumpa dengan sosok yang ia dijatahkan
sebagai rizqi baginya.
Ringkasnya, setelah berbulan, ia
malang melintang menuju Jakarta, lalu Semarang, sebelum akhirnya tiba di
Yogyakarta. Dari pasar induknya, terlempar ia ke pasar kota, baru diambil
pedagang pasar kecamatan akhirnya. Lalu terkulaklah ia oleh pemilik warung
kecil, yang rumahnya sebelah-menyebelah dengan makhluq yang ditujunya. Kian dekat,
makin rapat.
Ketika seorang wanita, istri dari
lelaki yang akan dia tuju dalam amanah yang diembannya, membeli dan dan
menentengnya pulang, betapa haru rasanya. Masuklah ia ke dalam masakan
lezatnya, berenang dan melarutkan dirinya. Lalu terdengar suara, “Sayang, silahkan
sarapan. Masakannya sudah siap.” Dan lelaki itu, bergerak pelan dari kamarnya,
menjemputnya dengan sebuah suapa yang didahului doa.
Segala puji bagi Allah, yang
memberi titah untuk mengasinkan lidah dan mengisi darah. Segala puji bagi
Allah, yang mengatur perjumpaannya dengan makhluq ini sesudah perjalanan yang
tak henti-henti. Segala puji bagi Allah, yang menyambutkan doa bagi tunainya
tugas yang diembannya.
Sumber: Buku Lapis-Lapis
Keberkahan
Salim A. Fillah
Artworker: LDK Al-Iqtishod
LDK Al-Iqtishod adalah Lembaga yang menaungi seluruh kegiatan dakwah islamiyah untuk menegakkan Tauhid dan Sunnah, serta mengajak kepada Amar Maruf Nahi Munkar di lingkup civitas Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia khususnya dan di Bumi Allah umumnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Share is caring, Silahkan berbagi apa saja di sini.