Kecilmu Membesari Hatiku
Tiada yang boleh
dikecilkan dalam kehambaan ini
Bahkan debu boleh jadi
alat tayammum penyuci
Juga menempel di kaki jadi
saksi jihadnya diri
---
“Janganlah
kalian merendahkan satu pun di antara makhluq-makhluq Allah,” ujar Imam Al
Ghazali, “sebab Allah tak pernah bermaksud menghinakan mereka, ketika Dia
menciptakannya.” Adalah manusia yang paling berkah, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, memperlakukan
makhluq di sekitarnya dengan penghormatan yang sangat indah.
Telah
sampai kepada kita bagaimana beliau menghibur unta yang menangiskan aduannya,
menjawab salam dari pokok tunggul yang merindunya, serta memberi nama bagi
benda-benda yang dipergunakannya; dari kendaraan, senjata, hingga sisir dan
wadah minumnya.
Bahkan,amal
yang paling puncak berupa jihad di jalan Allah, tak membuat para pejuang di
lapis-lapis keberkahan meremehkan hal kecil yang bertaburan di sekelilingnya.
Adalah
Shalahuddin Al Ayyudi, pahlawan besar pembebas Al Quds itu, meminta dibukakan
sebuah buntalan kain menjelang akhir hayatnya. Benda itu, yang selalu membuat
orang bertanya apakah kiranya, sebab senantiasa beliau bawa ke mana pun, dalam
masa perang maupun damai. Pastilah ia sesuatu yang sangat berharga. Dan
terhenyaklah semua ketika mengetahui bahwa isi dari kantung keramat itu
hanyalah tujuh gumpalan tanah.
“Ini
adalah debu-debu yang menempel di kakiku sepanjang aku berada dalam jihad fi sabilillah,“ ujar beliau lirih. “Aku telah
mengumpulkannya dari berbagai pertempuran yang kuikuti agar kelak mereka
menjadi saksi bagiku di sisi Allah. Maka jadikanlah kesemua ini bantalan bagi
jenazahku di dalam kubur. Ya Allah, terimalah amalku dan ampunilah dosaku.”
Hujan
“Dan Kami turunkan dari langit air yang
diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pepohonan dan biji-bijian tanaman
yang diketam, dan pokok-pokok kurma yang tinggi yang memiliki mayang
bersusun-susun. Untuk menjadi rizqi bagi para hamba. Dan Kami hidupkan dengan
air itu negeri yang mati. Demikianlah terjadinya kebangkitan.” (QS. Qaaf:
9-11)
Perhatikanlah
bagaimana Allah mengaruniakan daya bagi bebijian yang tertimbun di dalam bumi.
Dengan air yang Allah siramkan, tunasnya yang lembut berkecambah, naik menembus
tanah keras. Pun akarnya bercecabang ke bawah, mengejar air hujan yang meresap.
Betapa kuatnya makhluq bernama benih yang telah Dia hidupkan setelah sebelumnya
tertidur dalam kubur. Ia nantinya menjelma menjadi tanaman pangan yang diketam
panennya, pokok kurma yang menulang dengan mayang bersusun, dan aneka bebuahan
yang tegak maupun merambat. Semua menjadi rizqi bagi para hamba.
“Demikianlah
perumpamaan bagi kebangkitan yang akan dialami manusia,” pungkas Imam Ibn
Katsir dalam Tafsirnya. “Betapa mudah bagi Allah meniupkan kehidupan pada
tulang belulang dan debu, untuk bangkit berhimpun mempertanggung jawabkan amal
perbuatannya.”
Dalam
hujan di lapis-lapis keberkahan, Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk mentauhidkan Allah sebagai
satu-satunya yang kuasa menurunkan karunia. Tersunnahkan ucapan: “Umthirna bifadhlillaahi wa rahmatih.
Kami dikarunia hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya”; agar kita tak
menisbatkan rintik ataupun lebatnya pada bintang ini dan gemintang itu. Inilah
yang akan menderaskan lapis-lapis keberkahan di dalam tiap butir-butir air yang
berdebur.
Kambing
Di
antara hujan penuh berkah yang turun itu, sebagiannya menggenang di
padang-padang untuk diminum para hewan. Sebagian yang turun di gunung-gunung
tinggi, menembus tanah dan bersembunyi, untuk nanti memancar keluar sebagai
mata air yang sejuk segar. Sebagian masuk pula merasuk ke dalam bumi,
menumbuhkan rerumputan hijau segar.
“Peliharalah
kambing,” demikian sabda Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibn
Majah, “karena di dalamnya terdapat keberkahan.” Berkah sang kambing tak hanya
melekat pada hewannya. Sang Nabi juga bersabda tentang keberkahan di dalam
kandangnya. “Shalatlah kalian di dalamnya,” jawab beliau ketika ditanya tentang
kandang kambing dalam hadist dari Al Bara’ ibn Azib yang dibawakan Imam Ahmad
dan Abu Dawud, “Karena di dalamnya terdapat keberkahan.”
“Kambing
memiliki banyak faedah dan manfaat,” demikian disampaikan oleh Imam Al Qurthubi
dalam Al Jami’ li Ahkamil Qur’an,
“mulai dari bulunya untuk pakaian, kulitnya untuk perkakas, dagingnya untuk
dimakan, susunya untuk diminum, hingga anaknya yang berbiak banyak hingga tiga
kali dalam setahun.”
“Yang
paling utama dari kesemua itu,” ujar beliau, “adalah karena kambing membawakan
ketenteraman yang selalu mengiringi pemiliknya. Dalam menekuni penernakannya,
ia dapat membuat pemilik dan penggembalanya dikaruniai sifat tabah, lembut,
pemaaf, rendah hati, serta ramah terhadap sesama. Mungkin itulah mengapa, para
Nabi dibangkitkan oleh Allah dari kalangan para penggembala kambing.”
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu
terdapat pelajaran bagi kalian. Kami memberi minum kalian dari apa yang
terdapat dalam perutnya, dari antara kotoran dan darah terdapat susu yang
murni, yang mudah ditelan bagi peminum-peminumnya.” (QS. An Nahl: 66)
-----------------------------------------------------
Sumber: Lapis-Lapis Keberkahan
Salim A. Fillah
Artworker: LDK Al-Iqtishod
LDK Al-Iqtishod adalah Lembaga yang menaungi seluruh kegiatan dakwah islamiyah untuk menegakkan Tauhid dan Sunnah, serta mengajak kepada Amar Maruf Nahi Munkar di lingkup civitas Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia khususnya dan di Bumi Allah umumnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Share is caring, Silahkan berbagi apa saja di sini.