Lembaga Dakwah Kampus Al-Iqtishod Institut Agama Islam Tazkia

Pengecas Ruhani Pemberi Inspirasi

Artikel

Sahabat bisa dapatkan artikel seputar Islam yang bisa menambah pemahaman kita mengenai Islam.

Audio

Download audio kajian dari asatidz terpercaya agar kita lebih mantap dalam memahami agama ini.

Join Us

Dapatkan info mengenai pendaftaran keanggotaan LDK Al Iqtishod terbaru.

Tampilkan postingan dengan label Muhasabah. Tampilkan semua postingan

[PRESS RELEASE] MUSIBAH VALENTINE


aliqtishod.com---" Tradisi Zina Berkedok Kasih Sayang"

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Selasa, 12 Februari 2019 di Sentul City terdapat agenda rutinitas LDK Al-Iqtishod yang menjadi sebuah ajang untuk bersilaturahmi antar kader setiap minggunnya. 

Dihari yang baik ini LDK Al-iqtishod mengajak untuk sama-sama bermuhasabah mengenai hari kasih sayang yang banyak dilakukan oleh saudara-saudara kita diluar sana pada tanggal 14 Februari nanti. Divisi Kalam mengudang Ust. Asnan Purba, Lc., M.Pd.I untuk berdikusi bersama dalam menyikapi hari kasih sayang ini yang sejatinya bukan berasal tradisi dari seorang muslim.

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia. Dia (Ibrahim) berkata, dan (juga) dari anak cucuku? Allah berfirman, Benar (tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang yang dzalim." (Q.S Al-Baqarah:124)

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa, keturunan nabi sekalipun tidak akan menjadi nabi kecuali atas ketetapan Allah, maka umat muslim wajib untuk menuntut ilmu supaya menjadi lebih baik dan tidak masuk kedalam golongan orang yang dzalim.

"Kami Ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahkan petunjuk kepada mereka." (Q.S. Al-Kahf:13)

Sejarah valentine yang bukan berasal dari islam seharusnya membuat pemuda-pemuda saat ini paham akan sejarah tersebut dan tidak merayakannya.

Hari valentine ini merupakan tradisi yang salah dan dapat merusak akidah, oleh karenannya jangan dibiarkan. Kita harus berakidah kuat sehingga kita bisa menjadi pemuda-pemuda zaman modern yang selalu menegakkan sholat tepat waktu dan mampu melawan hawa nafsu.

Valentine identik dengan coklat, cinta dan sayang yang diberikan kepada pasangan NON muhrimnya. Ini lah yang dinamakan dengan maksiat. Zina mempunyai banyak bagian, ada zina mata, pikiran dan hati. Dan valentine ini akan menjerumuskan kalian ke dalam tiga macam zina sekaligus.

Dengan kita berusaha untuk menjadi lebih baik, maka InsyaAllah akan Allah berikan yang terbaik. Rumusnya adalah ketika Allah memberi sesuatu, maka suatu saat Allah akan mengambil sesuatu. Dan sebaliknya jika Allah mengambil sesuatu, maka yakin lah suatu saat pun Allah akan memberi sesuatu yang baik yang kamu butuhkan.

Langkah-langkah setan itu bisa jadi awalnya baik, tetapi akan berujung menyesatkan. Jika dengan menjauh membuat kita selamat di Akhirat maka menjaulah. Jika dengan diam membuat kita menjauh dari kemaksiatan, maka diamlah. Godaan setan itu dahsyat, tak nampak namun berdampak. Maka berlindunglah kepada Allah SWT.

Hari Valentine jelas sumbernya bukan dari islam, karena islam mengajarkan kita untuk berkasih sayang setiap hari, yang salah satu bentuk kasih sayangnya adalah dengan doa bukan coklat.

Semoga kita selalu dalam lindungan dan rahmat Allah SWT.
Barakallahu Fiikum...




Tim Pers,
Syiar Creative Division

[PRESS RELEASE] SEMINAR KEMUSLIMAHAN


aliqtishod.com- Sentul
“Begitu istimewanya wanita hingga surga disandingkan di telapak kakinya, hingga Islam muliakan ia sebagai perhiasan terbaik di dunia. Saat iman menjadi muara jiwa, takwa menjadi pakaiannya, dan shalihah menghias akhlaknya...” (Dewi Nur Aisyah, Awe Inspiring Me).
Pemateri Seminar Kemuslimahan
Hai sahabat Muslimah! Kali ini LDK Al-Iqtishod mengadakan seminar kemuslimahan nasional dalam rangka pembelajaran seputar dunia kemuslimahan yang mengusung tema “Be a Smart Muslimah for Golden Generation” yang dibawakan oleh Dewi Nur Aisyah, S.KM., M.Sc., Ph.D yang dilaksanakan di Alhamra Hall, masjid Andalusia, STEI Tazkia, Sentul City, pada hari Selasa 11 Desember 2018.

Muslimah adalah insan yang mulia, saat iman menjadi lentera dan Islam menjadi jalan hidupnya. Tapi jangan lupa juga bahwasannya yang menjadi penentu kedudukan muslimah di sisi Allah ta’ala dipandang dari segi kebaikan dan ketakwaan kepada Allah ta’ala. Nah, bagaimana cara seorang muslimah untuk mendapatkan kedudukan di sisi Allah? dengan adanya seminar ini, para sahabat muslimah dapat mengetahui bagaimana cara menginspirasi diri sendiri ataupun diri orang lain untuk menjadi sosok yang lebih baik.

Muslimah Kuper, Masih Zaman?

Banyak orang yang bilang, “mungkin gak sih muslimah bisa berprestasi?”, atau “ Risih gak sih pakai jilbab panjang, emang gak merasa terbatasi? Sahabat muslimah, jilbab dan identitas muslimah bukanlah suatu hal yang membatasi gerak langkah seorang wanita. Muslimah bisa berkarya dan menuai prestasi-prestasi nyata bagi dunia. Saat kita menjadikan Allah muara atas segala aktivitas dan menyakini ilmu akan menaikkan derajat kita di sisi-Nya, maka kekuatan darinya lebih cukup membuat semua impian terlaksana.

Menjejak Asa Menulis Rencana

Cara terbaik memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya. Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk menulis rencana. Islam pun menganjurkan agar memperhatikan apapun yang harus dikerjakan di masa yang akan datang agar adanya keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Sebagaimana terdapat pada surah Al-Hasyr ayat 18 di mana menyerukan kepada orang-orang yang beriman untuk memperhatikan apa yang akan diperbuat di hari esok (akhirat).

Mengelola Masa Muda

Sejak awal Islam menempatkan akal manusia adalah yang paling sempurn sehingga Allah mengangkat derajat seorang muslim sebagai umat terbaik. Ada beberapa cara dalam mengelola msa muda:
·         Fokus membantu memberikan arahan dan prioritas
·         Fokus pada kemampuan kita bukan pada keberhasilan orang lain
·         Fokus pada satu bidang yang dikuasai

Menghadapi kegagalan

Tips ketika kita menemui kegagalan
·     Menyakini bahwa setiap takdir Allah pasti ada hilmahnya
· Menyadari bahwa manusia memang akan selalu diuji sesuai dengan tingkat keimanannya
·    Menyadari sepenuh hati bahwa dibalik kegagalan pasti ada kesuksesan

Mendekat Kepada Allah

Kadang kita merasa bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, tapi sahabat muslimah jangan lupa semua itu terjadi karena Allah ada di samping kita. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Ali Imran ayat 31.

Mengelola Hati

Wahai sahabat muslimah mari kita tegaskan diri kita untuk menjauhi zina. Jangan sekali-kali membiarkna zina kita menjadi pintu masuk awal zina.
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36)




Barakallahu fiikum...




Tim Pers,
Syiar Creative




IHSD IS BACK!!

aliqtishod.com-- Bogor, 30 September 2018
Press Release
International Hijab Solidarity (IHSD) kembali digelar pada hari Ahad di Taman Kencana Bogor, acara ini diikuti oleh seluruh ADK (Aktifis Dakwah Kampus) yang berada dibawah naungan FSLDK Priangan Barat, termasuk LDK Al-Iqtishod.

IHSD dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.00, diisi dengan berbagai kegaitan menarik seperti, talk show dengan pembicara yang berpengalaman, tebar hijab dan gamis, serta membuka stand untuk tensi dan tes darah.
Penyampaian materi

Tebar Hijab

Panitia yang berfoto dengan  salah satu peserta IHSD

Foto bersama Akhwat LDK Al-Iqtishod
 Acara ini memiliki tujuan untuk saling mengingatkan dan menyemangati saudari-saudari kita agar tidak takut dan ragu untuk memulai menutup aurat sesuai syariat, juga untuk mengembalikan moral bangsa untuk Indonesia bermartabat.

Semoga Bermanfaat
Barakallahufiikum



Tim Pers,
Syiar Creative

[PRESS RELEASE] DISDUS PERDANA

aliqtishod.com--Sentul, 26 September 2018
Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarokatuh.
Diskusi Solutif Seputar Dunia Muslimah atau yang biasa dikenal dengan "Disdus" kembali diadakan di kepengurusan yang baru. Dalam kajian rutin rabu sore ini pengurus LDK Al-Iqtishod mengundang Ukh. Ummay Nur Falah yang merupakan Kaput dari da'i muda cordofa.

Seperti agenda sebelumnya acara disdus ini dimulai ba'da Ashar sampai dengan selesai. Dengan mengusungkan tema yang sangat menginspirasi "Karakteristik Akhwat Dambaan Ummat".

Sebenarnya bagaimana sih karakteristik muslimah dambaan ummat? Apakah yang mempunyai banyak followers dan likes di instagram? Atau yang cantik dan gemar selfie?
Tentu bukan sholihah... Karakteristik muslimah dambaan ummat adalah mereka yang memiliki 10 hal dalam dirinya. Apa saja itu?
  1. Qawiyul Jism (Jasmani yang kuat), siapa bilang muslimah itu lemah, muslimah juga harus memiliki jiwa dan jasmani yang kuat lagi sehat. Caranya adalah dengan rajin berolah raga dan memperhatikan makanan yang dia makan.
  2. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
  3. Sahuh Al-Ibadah (Ibadah yang benar)
  4. Matin Al-Khuluq (Akhlaq yang kokoh)
  5. Mutsaqaf Al-Fikr (Berintelektual)
  6. Mujahid Linafsih (Dapat melawan hawa nafsu)
  7. Harish 'ala waqtih (Pandai memanajemen waktu)
  8. Munazham fi syu'unih (Teratur dalam suatu urusan)
  9. Qadir 'ala Al-Kasbi (Mandiri)
  10. Nafi lil Ghairih (Bermanfaat bagi orang lain)
Dari karakteristik diatas terlihat bukan, jadi muslimah yang baik itu tidak semudah foto didepan kamera. Bukan hanya mempercantik diri tetapi harus mempercantik hati. Dengan hati yang cantik dan bersih, iman akan senantiasa kuat berada dalam diri kita. Sehingga cerminan seorang muslimah itu bukan makeup dan angle tetapi tingkat ketaqwaan kita kepada Allah.

Sekian, Semoga bermanfaat
Barakallahufiikum

Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarokatuh.



Tim Pers,
Syiar Creative

[PRESS RELEASE] Seminar & Tabligh Nasional


"Merawat Cinta Sampai Surga"
Sentul City, 27 November 2016.

Ada yang berbeda, pemandangan yang tak biasa terlihat di  lantai 2 Masjid Andalusia Islamic Centre. Pasalnya sore hari usai ditunaikannya ibadah sholat ashar berjamaah seperti biasa, volume jamaah jauh lebih banyak dari biasanya. Mereka memadati ruang utama ibadah masjid andalusia dan mengarahkan posisi duduk dan pandangannya ke arah kiblat masjid. 

Rupanya sore hari itu akan digelar Seminar dan Tabligh Nasional yang diselenggarakan oleh Family Leadership Series. Tema yang diusung dalam acara ini adalah “Merawat Cinta Sampai Surga” yang berhasil menarik jamaah yang datang tak hanya dari civitas akademika STEI Tazkia, namun hadir pula jamaah dari luar wilayah sentul. Meskipun didominasi oleh jamaah yang sudah berkeluarga, baik ikhwan maupun akhwat. Hal ini tak menyurutkan ghirah mahasiswa/i STEI Tazkia untuk turut hadir dalam acara tersebut. Pasalnya, acara ini juga didukung dan bersinergi dengan Lembaga Dakwah Kampus Al-Iqtishod STEI Tazkia, STEI Tazkia dan tentunya dari pihak DKM Andalusia Islamic Centre.

Selain itu, pembicara yang dihadirkan berhasil menarik magnet jamaah untuk menghadiri acara tersebut. Siapa yang tak mengenal Ust. Salim A. Fillah?  Sore itu, jamaah bisa langsung mendengarkan kajian yang disampaikan penulis muda dengan segudang karya-karya yang fenomenal yang dihasilkan. Selain itu pula, turut hadir Da’i Hilman Fauzi Nugraha yang merupakan salah satu Alumni STEI Tazkia yang tak asing ditemui di layar kaca dalam acara “Mengaji dan Mengkaji” di Transvision.  Indra Noveldy selaku Founder Family Leadership Series pun berhasil melengkapi komposisi pembicara yang berhasil menarik jamaah untuk hadir dalam kajian tersebut.
Berikut rekaman Kajian Seminar & Tabligh Nasional Merawat Cinta Sampai Surga bersama Ust. Salim A. Fillah, Da’i Hilman Fauzi dan Indra Noveldy yang dapat disaksikan di link dibawah ini : 
Klik Disini 

Red : Tim Pers Syiar LDK Al-Iqtishod

Mengkaribi Jumat

Hai anak Adam, kalian tak lain hanyalah kumpulan hari-hari
Tiap berlalu sepetang dan sepagi, telah hilang bagian diri
(Hasan Al Basri)
---

Jumat

Sebaik-baik hari yang mentari terbit bersinar padanya adalah hari Jumat,” kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti direkam oleh Imam Muslim, Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasa’i. “Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu dia ditempatkan di dalam surga. Dan pada hari itu pula dia dikeluarkan darinya. Dan tidaklah Kiamat akan terjadi, melainkan di hari Jumat.”

Inilah detak-detik berharga yang menyapa kita di setiap pekannya. Ialah hari yang ditunjukkan Allah pada kaum Muslimin setelah Sabtu suci diambil oleh orang-orang Yahudi nan dimurkai dan Ahad didaku oleh orang-orang Nasrani nan sesat rugi. Pada Jumat, demikian menurut hadist yang dicatat oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, terdapat sebuah saat mustajab yang jika seorang Muslim menetapinya dengan shalat dan berdoa, maka diijabah baginya apa pun yang diminta.

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian dipanggil untuk shalat dari hari Jumat, maka bergegaslah menuju mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian sekiranya kalian mengetahui.” (QS. Al jumu’ah: 9)

Dari Jumat ke Jumat terjanjikan ampunan, ditambah dengan tiga hari sebagaimana dalam sabda Sang Nabi yang dibawakan Imam Muslim. Imam Al Bukhari mencatat sabda lainnya, bahwa berangkat bergegas padanya di waktu pertama setara dengan berqurban unta gemuk, disusul sapi di waktu kedua, kambing di waktu ketiga, serta ayam dan telur di kesempatan menjelang akhirnya. Ketika Imam telah berdiri menuju mimbar, para malaikat menutup catatannya dan turut menyimak khutbah.

Jumat di lapis-lapis keberkahan adalah Perayaan Adab; maka kita Mandi bersuci, berharum wewangi, bercelak mata, dan mensiwaki gigi; lalu bercermin dan memohon kepada Allah agar Dia hiaskan akhlaq mulia dalam diri.

Jumat di lapis-lapis keberkahan adalah Perayaan Taubat; maka kita berdandan, mengenakan pakaian terbersih, memakai kopiah indah, berselempang surban yang ranggi; kemudian memohon pada Allah ampunan, penghapusan dosa dan ditutupnya aib diri.

Jumat di lapis-lapis keberkahan adalah Perayaan Ibadah; maka kita memperbanyak shalawat atas Rasulullah agar kelak disambut beliau di telaga suci, diberi minum dari Al Kautsar yang wangi, bernaung di bawah panji, dan dikaruniai syafa’at Sang Nabi. Juga membaca surah Al Kahfi agar di antara dua Jumat kita senantiasa dicahayai, serta mentadabburi keteguhan para pemuda gua, semangat belajar Nabi agung Musa, pemilik kebun yang jemawa, serta keperwiraan Dzul Qarnain yang perkasa lagi bijaksana.

Jumat di lapis-lapis keberkahan adalah Perayaan Iman; berjuang agar Allah dan Rasul-Nya lebih kita cintai dari apa pun juga, berupaya agar menyuka dan membeci karena Allah semata, serta tak suka kembali pada jahiliyah lama sebagaimana diri ini benci dimasukkan ke dalam api yang menyala-nyala.

Jumat di lapis-lapis keberkahan adalah Perayaan Islam; kita berserah kepada Rabb yang Maha Kuasa dengan ketaatan sempurna, dan berjihad mengeluarkan manusia dari penyembahan kepada sesame menuju pengabdian pada Allah satu-satu-Nya.

Jumat di lapis-lapis keberkahan adalah Perayaan Ihsan; kita mengibadahi Allah seakan Dia tampak di hadapan, jikapun tak kuasa maka merasakan bahwa Dia senantiasa mengawasi dan memperhatikan. Di dalamnya kita bersungguh menahan kuap, menyimak khutbah, mengeja taat, lalu memohon pada Allah agar Dia karuniakan taqwa di dalam jiwa.

Jumat di lapis-lapis keberkahan adalah Perayaan Ukhuwah; kita menebar senyum, mengulukkan salam, menjabatkan tangan, serta memelukkan bahu. Kita berharap bahwa dengan saling mengenal. Saling memahami, saling menolong, serta saling menyokong, Allah akan mengaruniakan persaudaraan yang sebening prasangka, selembut nurani, sehangat semangat, senikmat pagi, dan sekokoh janji.

----------------------------
Lapis-Lapis Keberkahan
Salim A. Fillah


Kecilmu Membesari Hatiku

Tiada yang boleh dikecilkan dalam kehambaan ini
Bahkan debu boleh jadi alat tayammum penyuci
Juga menempel di kaki jadi saksi jihadnya diri

---

“Janganlah kalian merendahkan satu pun di antara makhluq-makhluq Allah,” ujar Imam Al Ghazali, “sebab Allah tak pernah bermaksud menghinakan mereka, ketika Dia menciptakannya.” Adalah manusia yang paling berkah, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, memperlakukan makhluq di sekitarnya dengan penghormatan yang sangat indah.

Telah sampai kepada kita bagaimana beliau menghibur unta yang menangiskan aduannya, menjawab salam dari pokok tunggul yang merindunya, serta memberi nama bagi benda-benda yang dipergunakannya; dari kendaraan, senjata, hingga sisir dan wadah minumnya.

Bahkan,amal yang paling puncak berupa jihad di jalan Allah, tak membuat para pejuang di lapis-lapis keberkahan meremehkan hal kecil yang bertaburan di sekelilingnya.

Adalah Shalahuddin Al Ayyudi, pahlawan besar pembebas Al Quds itu, meminta dibukakan sebuah buntalan kain menjelang akhir hayatnya. Benda itu, yang selalu membuat orang bertanya apakah kiranya, sebab senantiasa beliau bawa ke mana pun, dalam masa perang maupun damai. Pastilah ia sesuatu yang sangat berharga. Dan terhenyaklah semua ketika mengetahui bahwa isi dari kantung keramat itu hanyalah tujuh gumpalan tanah.

“Ini adalah debu-debu yang menempel di kakiku sepanjang aku berada dalam jihad fi sabilillah,“ ujar beliau lirih. “Aku telah mengumpulkannya dari berbagai pertempuran yang kuikuti agar kelak mereka menjadi saksi bagiku di sisi Allah. Maka jadikanlah kesemua ini bantalan bagi jenazahku di dalam kubur. Ya Allah, terimalah amalku dan ampunilah dosaku.”

Hujan

Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pepohonan dan biji-bijian tanaman yang diketam, dan pokok-pokok kurma yang tinggi yang memiliki mayang bersusun-susun. Untuk menjadi rizqi bagi para hamba. Dan Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati. Demikianlah terjadinya kebangkitan.” (QS. Qaaf: 9-11)

Perhatikanlah bagaimana Allah mengaruniakan daya bagi bebijian yang tertimbun di dalam bumi. Dengan air yang Allah siramkan, tunasnya yang lembut berkecambah, naik menembus tanah keras. Pun akarnya bercecabang ke bawah, mengejar air hujan yang meresap. Betapa kuatnya makhluq bernama benih yang telah Dia hidupkan setelah sebelumnya tertidur dalam kubur. Ia nantinya menjelma menjadi tanaman pangan yang diketam panennya, pokok kurma yang menulang dengan mayang bersusun, dan aneka bebuahan yang tegak maupun merambat. Semua menjadi rizqi bagi para hamba.

“Demikianlah perumpamaan bagi kebangkitan yang akan dialami manusia,” pungkas Imam Ibn Katsir dalam Tafsirnya. “Betapa mudah bagi Allah meniupkan kehidupan pada tulang belulang dan debu, untuk bangkit berhimpun mempertanggung jawabkan amal perbuatannya.”

Dalam hujan di lapis-lapis keberkahan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk mentauhidkan Allah sebagai satu-satunya yang kuasa menurunkan karunia. Tersunnahkan ucapan: “Umthirna bifadhlillaahi wa rahmatih. Kami dikarunia hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya”; agar kita tak menisbatkan rintik ataupun lebatnya pada bintang ini dan gemintang itu. Inilah yang akan menderaskan lapis-lapis keberkahan di dalam tiap butir-butir air yang berdebur.

Kambing

 Di antara hujan penuh berkah yang turun itu, sebagiannya menggenang di padang-padang untuk diminum para hewan. Sebagian yang turun di gunung-gunung tinggi, menembus tanah dan bersembunyi, untuk nanti memancar keluar sebagai mata air yang sejuk segar. Sebagian masuk pula merasuk ke dalam bumi, menumbuhkan rerumputan hijau segar.

“Peliharalah kambing,” demikian sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibn Majah, “karena di dalamnya terdapat keberkahan.” Berkah sang kambing tak hanya melekat pada hewannya. Sang Nabi juga bersabda tentang keberkahan di dalam kandangnya. “Shalatlah kalian di dalamnya,” jawab beliau ketika ditanya tentang kandang kambing dalam hadist dari Al Bara’ ibn Azib yang dibawakan Imam Ahmad dan Abu Dawud, “Karena di dalamnya terdapat keberkahan.”

“Kambing memiliki banyak faedah dan manfaat,” demikian disampaikan oleh Imam Al Qurthubi dalam Al Jami’ li Ahkamil Qur’an, “mulai dari bulunya untuk pakaian, kulitnya untuk perkakas, dagingnya untuk dimakan, susunya untuk diminum, hingga anaknya yang berbiak banyak hingga tiga kali dalam setahun.”

“Yang paling utama dari kesemua itu,” ujar beliau, “adalah karena kambing membawakan ketenteraman yang selalu mengiringi pemiliknya. Dalam menekuni penernakannya, ia dapat membuat pemilik dan penggembalanya dikaruniai sifat tabah, lembut, pemaaf, rendah hati, serta ramah terhadap sesama. Mungkin itulah mengapa, para Nabi dibangkitkan oleh Allah dari kalangan para penggembala kambing.”

Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat pelajaran bagi kalian. Kami memberi minum kalian dari apa yang terdapat dalam perutnya, dari antara kotoran dan darah terdapat susu yang murni, yang mudah ditelan bagi peminum-peminumnya.” (QS. An Nahl: 66)


-----------------------------------------------------
Sumber: Lapis-Lapis Keberkahan
Salim A. Fillah


Pulau Ya

Alif telah mendengar banyak cerita dari ibunya. Dua di antaranya begitu melekat di pikirannya. Pertama, setelah kehidupan di dunia akan ada kehidupan lain di akhirat. Kedua, Allah telah menyediakan surga dan neraka di akhirat. Dari kedua cerita tersebut, Alif menarik kesimpulan bahwa surga adalah sebuah tempat untuk orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Sementara neraka adalah tempat untuk orang-orang ingkar dan tak mau tunduk pada perintah Tuhan. Tapi di malam lain, ibunya justru menceritakan sebuah kisah yang bertentangan. Cerita tentang Nabi Idris—manusia pertama yang masuk surga sebelum menemui ajal di dunia.
Alif seketika bangkit dari pangkuan Ibu. “Bagaimana cara Nabi Idris melakukannya, Bu?”
Ibunya merangkai cerita, menerangkan kisah Nabi Idris yang enggan keluar setelah tiba di alam surga. Dan Alif kembali bertanya, “Apa Ibu tahu jalan menuju surga?”
“Tidak. Ibu hanya mendengar cerita lain tentang Pulau Ya.” Ibu merangkul Alif, lantas membenamkan kepala anak itu ke pangkuannya. “Konon, pulau itu dapat bicara dan dapat menunjukkan jalan menuju surga. Tapi, kita mesti menyeberangi tiga sungai terlebih dahulu. Ada Sungai Ba, Sungai Ta dan Sungai Tha.”
***
Pagi itu, Alif telah tiba di Sungai Ba. Ia mengucap bismillah, lalu mulai bersila dalam perahu berbintang satu. Sementara Ibu, mulai memandang daratan di seberang sungai—sebuah daratan di antara Sungai Ba dan Sungai Ta. “Wahai Perahu Berbintang Satu, antarkan anakku ke tepi sana,” ucap Ibu, dan perahu mulai melaju.
Di dalam perahu, Alif begitu hanyut memandangi sungai yang alangkah jernih. Ia melihat batu-batu kecil, aneka lumut dan ikan-ikan yang berenang di dasar sungai. Sementara perahu terus melaju. Melaju terus dari arah kanan ke arah kiri. Sesekali, Alif masih mengalih pandangannya ke belakang—menyaksikan ibunya yang terlihat semakin kecil di pinggir sungai.
Perjalanan terasa singkat. Dalam waktu dekat, Alif telah tiba di daratan lain setelah menyeberangi sungai pertama: Sungai Ba. Tanpa memikirkan ibunya yang masih berdiri di pinggir sungai, Alif segera melangkah menyusuri jalan setapak. Ia terus melangkah dari arah kanan ke arah kiri. Ia ingin secepatnya sampai ke Sungai Ta, lalu menyeberangi sungai itu, sungai lain dan menghadapi beberapa rintangan sebelum tiba di Pulau Ya.
Tak lama, Alif telah tiba di pinggir Sungai Ta. Di sana, ia menemukan perahu lain berbintang dua. Tanpa memikirkan ibunya, anak itu segera melangkah ke dalam perahu. “Antarkan aku ke seberang sana,” katanya pada perahu berbintang dua.
Perahu segera melaju, dan dalam waktu singkat, ia telah tiba di pinggir darat. Alif lekas berdiri, lalu segera melompat dari perahu bermata dua. Anak itu mulai berlari menyusuri jalanan lurus. Ia terus berlari dan melupakan ibunya yang tentunya masih berdiri di pinggir sungai. Langkahnya baru terhenti setelah bersua dengan sebuah sungai yang airnya mengalir deras.
Di pinggir sungai yang airnya mengalir deras, Alif memandangi daratan lain yang lebih jauh. Sungai ini jauh lebih lebar dari dua sungai sebelumnya. Sambil memejamkan mata, anak itu melangkahkan kaki ke dalam perahu berbintang tiga. Perahu segera melaju, sementara Alif masih enggan membuka mata. Ia begitu cemas, bila saja perahunya oleng dan ia akan jatuh, lalu hanyut ke sebuah tempat yang entahlah. Tapi, itu sekadar ketakutan di pikirannya. Ia sesaat tersentak, terlempar ke belakang saat perahu menabrak daratan.
Alif kembali berdiri. Melangkahkan kaki ke luar perahu lalu melanjutkan perjalanan. Tapi di tengah perjalanan, anak itu dihadang seekor burung. Burung raksasa, yang tubuhnya jauh lebih besar dari bengkalai burung onta. Ia tak mau mencari perkara. Ia menepi, ingin menghindar ketika burung itu memanggil—menanyakan tujuan.
“Aku ingin ke Pulau Ya. Kau siapa?” tanya Alif ketakutan.
“Perkenalkan, namaku Jim, salah satu burung yang biasa mengantar manusia dalam perjalanan ke Pulau Ya.”
Alif masih ragu, tapi menguatkan diri untuk bertanya. “Kau bisa mengantarkanku ke Pulau Ya?”
“Aku bisa saja mengantarkanmu ke Pulau Ya. Tapi, kau mesti melewati beberapa rintangan untuk sampai ke pulau itu.”
Alif merenung sejenak, lalu menanyakan rintangan apa yang mesti dilewatinya.
“Aku akan mengantarkanmu ke Burung Ha, yang akan mengantarkanmu ke Burung Kha. Setelahnya, Burung Kha akan mengantarkanmu pula ke jalan sempit. Di jalan sempit itu, kau akan bertemu dengan Dal, Thal, Ra, dan Zay. Mereka adalah empat makhluk yang selalu duduk dengan saling membelakangi. Mereka tidak akan beranjak sebelum kau menjawab teka-teki yang diberikan. Tapi bila kau telah menjawabnya dengan benar, mereka akan berdiri satu per satu, lalu mengizinkanmu melanjutkan perjalanan.”
Alif mengerti. Lantas, ia segera naik ke pundak Burung Jim. Burung itu segera mengepakkan sayap—mulai terbang melewati dahan, reranting kecil, dan pucuk pepohonan. Alif melihat bawah, menyaksikan hamparan hijau yang menyejukkan. Ia juga dapat melihat Sungai Tha, Sungai Ta, dan Sungai Ba. Anak itu juga sempat melihat seorang perempuan paruh baya yang sedang melambaikan tangan, yang masih berdiri di pinggir sungai. Tapi, ia kembali menoleh ke arah depan, membuang pandangan, dan mulai berpegangan di pundak Jim. Alif ingin segera sampai ke Pulau Ya. Ia ingin menanyakan jalan menuju surga.
Waktu berjalan cepat. Alif baru saja turun dari pundak Burung Kha, setelah berpindah dari pundak Burung Ha yang menerimanya dari pundak Burung Jim. Kini, ia kembali melangkah di jalan setapak. Tak lama, Alif menemukannya. Anak itu melihat empat makhluk yang sedang duduk berjajaran di jalan setapak. Sambil menyeka keringat yang menetes di ujung rambutnya, Alif mengutarakan keinginannya. Katanya, ia ingin berkunjung ke Pulau Ya.
“Yang menjadi imam di waktu shalat, yang menjadi pemimpin di kala perang.” Dal mengajukan teka-teki.
Alif tak perlu berpikir sebelum menjawabnya. Ia seketika ingat sebuah cerita yang sering dituturkan Ibu. “Nabi Muhammad,” jawabnya.
Dal lekas berdiri, lalu mengizinkan Alif melewatinya. Alif kembali melangkah dan….
“Yang berlari dari kejaran, yang membelah sebuah lautan.” Thal segera mengajukan teka-teki.
Alif berpikir sejenak, lalu kembali teringat sebuah kisah yang diceritakan ibunya menjelang tidur. “Itu Nabi Musa,” jawab Alif.
Thal tersenyum, lalu menyilakan anak itu menemui Ra.
“Yang memerintah burung-burung. Yang meluluhkan seorang ratu.”
Aku baru saja mengendarai burung. Apakah aku? pikir Alif. Tapi tak mungkin. Ia tidak memerintahkan burung-burung. Justru burung-burung itulah yang telah membantu perjalanannya.
“Yang memerintah burung-burung. Yang meluluhkan seorang ratu.” Ra kembali mengulangi teka-tekinya.
Alif berpikir keras dan kembali mengingat kisah-kisah nabi yang pernah diceritakan ibunya.
“Kau tak bisa menjawab teka-tekiku? Jika begitu, kau tidak kuizinkan melewatiku.”
Alif tampak pucat. Tapi, ia justru berpikir lebih keras. Yang memerintah burung-burung. Berarti yang ditakuti burung-burung, yang bisa berbicara dengan burung. Dan yang meluluhkan seorang ratu. Ratu? Ratu Bilqis? Apa maksudnya Nabi Sulaiman, yang telah mengirimkan surat ke Ratu Bilqis melalui burung? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berulang di pikirannya.
Ra; yang sebelumnya duduk memunggung, kini menoleh ke wajah Alif. “Pulanglah bila kau tak bisa menjawab teka-tekiku.”
“Ya, aku bisa menjawabnya. Jawabannya adalah Nabi Sulaiman. Ibuku pernah berkisah tentang seorang nabi yang mengirimkan surat melalui burung. Surat itu dikirimkan untuk Ratu Bilqis.”
“Jawabanmu benar,” kata Ra, lalu beranjak melapangkan jalan.
Tapi Alif mesti menjawab satu teka-teki lagi sebelum melanjut perjalanan. Dan anak itu mulai tak sabar. Ia menepuk punggung Zay, lalu menagih teka-teki.
“Yang mengantar kepergian. Yang menunggu kepulangan.”
Siapa yang diantarkan dan ke mana ia diantarkan? pikir Alif. Nabi apa yang melakukannya? Anak itu telah mendengarkan semua kisah nabi dan ia tidak mengingat nabi apa yang melakukannya. Terlebih nabi yang menunggu kepulangan. Menunggu kepulangan siapa?
“Apa kau menyerah?” tanya Zay.
Alif menyebutkan sebuah nama nabi mesti tak pasti. Tapi jawabannya salah. Ia kembali menerka, menyebutkan beberapa nabi lain dan jawabannya kembali salah. Anak itu telah menyebutkan semua nama nabi dan tak ada jawabannya yang dibenarkan. Alif kembali merenung dan seketika, ia mulai menyadari bahwa bukan jawaban itu yang diinginkan Zay. Anak itu baru saja ingin menyerah, ingin pulang menemui Ibu yang telah mengantarkannya ke tepi sungai, yang tentu saja masih menunggu kepulangannya. Ia menoleh, “Ibu…!” teriaknya, dan di saat bersamaan, Zay membenarkan.
***
Alif telah menyeberangi Sungai Ba, Sungai Ta, dan Tha. Dia telah melewati pagar berduri dengan bantuan Burung Jim, Burung Ha, dan Burung Kha. Dia juga telah memecahkan teka-teki yang diberikan Dal, Thal, Ra, dan Zay. Ia bermenung sejenak, melihat belakang sebelum menatap jauh ke arah depan. Ia baru saja menyelesaikan setengah rintangan, melangkahi separuh perjalanan.
Alif mulai menyadari bahwa perjalanannya masih sangat jauh. Tapi demi mengetahui jalan menuju surga, ia mesti menyusuri sebuah jalanan tua di depan mata.
Alif kembali melangkah. Setelah menyusuri jalanan tua, langkahnya sejenak terhenti ketika menemukan sebuah sungai yang jauh lebih luas. Seketika, ia teringat percakapannya dengan Burung Jim. Burung Jim telah mengatakan bahwa akan ada empat sungai lain yang jauh lebih luas; Sungai Sin, Sungai Shin, Sungai Sad, dan Sungai Dad. Bahkan katanya, tidak ada seorang pun yang bisa melihat sisi lain dari sungai-sungai itu. Berdiri di tepi Sungai Sin, anak itu kembali cemas. Tapi, ia mesti melawan kecemasannya. Alif telah bertekad untuk menyeberangi masing-masing sungai demi keinginannya ke Pulau Ya.
***
Alif telah menyeberangi empat buah sungai, lalu melanjutkan perjalanannya. Tak lama, ia kembali bersua dengan sepasang burung; Burung Ta dan Burung Dha. Kedua burung itu jauh lebih besar dari tiga burung yang ditemukan sebelumnya. Beruntung sepasang burung itu juga berkenan mengantarkan, persis tiga ekor burung yang sebelumnya turut membantu.
Setelah berjalan lebih jauh, Alif kembali mendapat hadangan dari lima makhluk yang menghujaninya dengan teka-teki yang jauh lebih sulit. Mereka adalah ‘Ayn, Ghayn, Fa, Gaf, dan Kaf. Ia juga telah mengeja jalan berliku di Pulau Lam, Pulau Mim, Pulau Nun, dan Pulau Waw. Ia berjalan lebih jauh lagi sampai menemukan Hamza, sebuah batu loncatan sebelum tiba di Pulau Ya.
Sembari melanjut perjalanan, Alif seketika terkenang akan ibunya. Ia ingin kembali mendengarkan kisah Idris dan lain-lain. Tapi, ah, untuk apa? tanyanya dalam hati. Sebentar lagi, ia akan tiba di Pulau Ya. Pulau itu akan menunjukkan jalan menuju surga, akan mempertemukannya dengan Nabi Idris, dan setelahnya—Alif akan melupakan Ibu selama-selamanya.
Akhirnya, setelah berjalan selama berhari-hari, sampailah Alif ke Pulau Ya. Tapi alangkah terkejutnya anak itu, ketika Pulau Ya mulai bicara.
“Kembalilah ke rumahmu bila kau ingin ke surga.”
Alif balik bertanya.
“Temuilah Ibu yang mengantarkanmu. Berlututlah padanya yang masih menunggu kepulanganmu. Dia menyayangimu dan betapa ia takut kehilanganmu. Dia telah bersusah payah mengandungmu, membesarkanmu, dan hormatlah kepadanya. Pijatlah kakinya setelah seharian bekerja. Urutlah betisnya sampai ke telapak kaki, dan tak lama, kau akan menemui surga yang kau cari. Ketahuilah, surga itu: terletak di telapak kaki ibumu!”
Alif mulai mengenang wajah ibunya. Air matanya seketika jatuh. Selama ini, ia tidak pernah bertanya; apakah ibunya lelah setelah seharian bekerja. Ia tidak pernah memijit kaki ibunya bila malam tiba. Sementara ibunya, tak pernah berkata tidak—untuk menceritakan kisah-kisah pengantar tidur.

---------------
basabasi.co