Aksi bela Islam super damai 212, sesuai dengan labelnya super
damai. Tidak ada kerusuhan, tidak ada kerusakan setelahnya. Aksi untuk mengetuk
pintu langit, dengan do’a, dzikir, yang dipanjatkan berjama’ah oleh 7,4 juta
jiwa ummat islam, pada 2 Desember 2016 di Monumen Nasional. Aksi bela islam III ini, berbeda dengan aksi sebelumnya.
Aksi dengan rangkaian acara dzikir, shalawat, mendengarkan tausiyah dari para
habaib dan ulama, membaca alquran, berdo’a bersama, kemudian ditutup dengan
shalat jumat. Aksi yang berbeda dari aksi manapun yang pernah terjadi di muka
bumi ini, yang kemudian menorehkan sejarah baru ummat islam, yaitu shalat jumat
terbesar sepanjang sejarah. Semoga ini menjadi tanda kebangkitan ummat islam di
Indonesia.
Aksi yang mencerminkan islam yang sesungguhnya, islam yang damai.
Lihatlah, dengan mata dan hati, tak ada kerusuhan, padahal pesertanya berjuta
ummat, tak ada pula satu pohonpun yang tumbang, tak ada taman yang rusak akibat
terinjak-injak, tak ada sampah yang berserakan. Semua damai, aman, dan
terkendali. Hal ini yang sesungguhnya islam ajarkan. Rasulullah saw berwasiat
saat akan berangkat perang mu’tah, “jangan mengganggu orang yang sedang
beribadah, jangan merusak tempat peribadatan, jangan membunuh anak-anak,wanita
dan orang tua, serta jangan merusak pepohonan”. Lihatlah, ini sungguh
dilaksanakan oleh peserta aksi 212 itu.
Berjuta ummat yang hadir saat itu, siapakah gerangan yang
mendatangkan?, Allah, Allah yang mendatangkan. Tidak ada satupun partai politik
yang bisa mendatangkannya, tidak satupun ormas, tidak satupun manusia yang
kuasa mendatangkannya, tidak pula uang dapat mekndatangkannya. Hanya Allah yang
kuasa, Allah getarkan hati-hati orang mukmin dari seluruh penjuru negeri, untuk
memenuhi kewajibannya membela kalamNya, membela agamaNYa, membela aqidah islam,
dengan menyuarakan penegakkan keadalian untuk sang penista agama. Padahal
sebelumnya sudah ada fatwa haram dari seorang tokoh, fatwa bid’ah dari seorang
ulama, stigma makar dari polisi, tebar selebaran dari helikopter, boikot
transportasi dari aparat. Mereka tak peduli dan tetap saja datang, karena telah
Allah gerakkan hatinya.
Matahari seperti menyembunyikan teriknya, dan awan terus menaungi
sejak pagi hari. Udara sejuk, sangat berbeda dengan Jakarta setiap harinya. Ini
menjadikan suasana lebih khusyu dan syahdu untuk bermunajat kepadaNYa. Ketika
berjuta ummat sedang menengadah ke langit, meminta pertolongan Sang Maha Agung
itu, hujan turun dengan lembut dengan angin semilir, seolah Allah sengaja
mengirim air wudhu untuk 7,4 juta jamaah. Tidak ada gelegar sama sekali, tidak
ada satupun sambaran kilat, tidak juga tiupan angin kencang, hujan hanya turun
begitu saja, dengan ritme yang perlahan membasuh tanah serta tubuh-tubuh yang
kelelahan. Hari jumat adalah hari mustajab untuk berdo’a, ketika hujanpun
adalah waktu yang mustajab untuk berdo’a, jutaan ummat berjamaah berdo’a di
hari jumat di bawah guyuran hujan, semoga menjadi do’a yang mustajab. Aamin
yaa rabbal ‘alamin.
Ada salah satu ungkapan Sayyid Kutub, yaitu “Hidup di bawah naungan
alquran adalah kenikmatan. Nikmat yang tidak bisa dimengerti, kecuali oleh
orang yang merasakannya. Nikmat yang mengangkat harkat usia, memberkahinya,
serta menyucikannya”. Kenikmatan ukhuwah aksi 212 dibawah naungan pembelaan
terhadap alquran, hanya bisa benar-benar dirasakan oleh orang-orang yang hadir
saat itu. Kenikmatan yang selalu teringat dalam ingatan, dan terpatri dalam
qolbu. Aksi ini mengingatkan yang lalai, dan memberitahu yang tidak tahu, bahwa
alquran pedoman hidup yang menjadikan hidup indah dan damai. Harus ada hikmah
yang di ambil dari aksi ini, karena esensinya bukan hanya turun ke jalan,
melainkan sebagai refleksi untuk menambah keimanan kepada Allah SWT, menambah
kecintaan terhadap alquran dengan memperbanyak tilawah dan mentadabburinya.
Agar cinta kepada Alquran bukan hanya saat Alquran dilecehkan saja, melainkan
cinta yang terpatri sepanjang hayat.
Red : Tim Pers Syiar LDK Al-Iqtishod
Follow Us
Yuk Lebih dekat dengan kami tak terbatas jarak dan waktu, ruang serta dimensi.